Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id
(das es), ego (das ich),dan super ego ( das ueber ich). Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 Mei 1856.
Freud adalah psikolog pertama yang menyelidiki aspek ketidaksadaran dalam jiwa manusia.
Freud mengibaratkan kesadaran manusia sebagai gunung es, sedikit yang terlihat
di permukaan adalah menunjukkan kesadaran, sedangkan bagian tidak terlihat yang
lebih besar menunjukkan aspek ketidaksadaran. Dalam daerah ketidaksadaran yang
sangat luas ini ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide, dan perasaan-perasaan
yang ditekan. Penekanan Freud pada aspek ketidaksadaran
yang letaknya lebih dalam daripada aspek kesadaran tersebut membuat aliran
psikologi yang disusun atas dasar penyelidikannya itu disebut ‘psikologi dalam’
(Sujanto, 1980: 62).
1. ID
Id
adalah bagian paling orisinil dalam kepribadian dan bawaan seseorang semenjak ia
lahir. Id merupakan aspek biologis berupa sistem asli dalam kepribadian, di
mana dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh.
“ an unconcious mentality which we designated as the
id “ (Freud,1961 :12)
Id
berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir dan menjadi pedoman id dalam berfungsi
untuk menghindari dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Id bekerja berdasarkan
prinsip kenikmatan (pleasure principle).
“ It operares
according the pleasure principle, which is particularly simple to define ; the
id pursues pleaseure and avoids pain “ (Pervin, 2005 : 85 )
Id
akan menanggulangi peningkatan energi negatif atau tidak menyenangkan (tingkat tegangan
organisme meningkat) akibat dari proses internal dan eksternal. Id akan bekerja
sedemikian rupa untuk menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada
tingkat rendah dan konstan serta menyenangkan. Jika pemenuhan Id terlambat akan
menimbulkan konfilik berupa rasa gelisah, sakit, dan perasaan tidak menyenangkan.
2. Ego
Merupakan
aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan infividu untuk berhubungan baik dengan
dunia nyata. Ego berguna untuk membantu manusia mengadakan kontak dengan realitas,
dia memenuhi kebuuhan organisme berdasar objek yang sesuai. Ego merupakan aspek
ekskutif kepribadian karena mengontrol cara manusia untuk memebugu kebutuhannya.
Dalam menjalankan fungsinya, ego bekerja menurut prinsip realitas.
“ The ego function
is to express and satisfy the desires of the od in accordance with two things :
opportunities and constraints that exist
in the real word “ (Pervin, 2005 : 85 )
Dalam
berfungsinya sering kali ego berguna untuk mempersatukan pertentangan-pertentangan
antara id dan super ego. Seperti yang diungkapkan Boeree dalam
teorinya mengenai personalisasi, “Jadi, ego merepresentasikan kenyataan,
dan sampai tingkat tertentu, juga merepresentasikan akal” (2007: 38). Meskipun
begitu, ego merupakan bagian id yang terorganisasi hadir untuk
memajukan tujuan-tujuan id dan bukan untuk mengecewakannya. Ego tidak
terpisah dari id dan tidak pernah bebas sama sekali dari id. Peranan
utamanya adalah menengahi kebutuhan-kebutuhan instingtif dari organisme dan kebutuhan
lingkungan sekitarnya, dimana tujuannya adalah mempertahankan kehidupan individu
dan memperhatikan bahwa spesies dikembangbiakkan.
Ketika
id terlalu berbahaya atau mengancam, maka ego akan membentuk sebuah
mekanisme pertahanan. Calvin S. Hall dalam bukunya A Primer of Freudian
Psychology (1954: 85-86) menyebutkan beberapa bentuk mekanisme pertahanan (mechanism
of defence) yang dibentuk oleh ego, yakni diantaranya adalah,
a. Penyangkalan
Merupakan mekanisme
penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan, bertindak seolah-olah peristiwa
hal yang tidak menyenangkan ataupun perasan yang menyakitkan itu tidak ada. Mekanisme
ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri yang dasar pada manusia.
b. Sublimasi
Merupakan mekanisme
pertahanan yang paling positif, cara bekerjanya adalah mengubah berbagai impuls
yang tidak diterima secara sosial seperti seks, agresifitas, kecemasan ataupun
bentuk lainya, ke dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial.
c. Represi
Mekanisme dimana seseorang
menyingkirkan keinginan, kehendak, ataupun sesuatu yang menganggu dirinya ke dalam
alam bawah sadar. Secara tidak sadar seseorang akan menekan pikiran menyedihkan
ataupun kekecewaan ke alam bawah sadar. Represi yang terus menerus akan menjadi
tumpukan kesedihan dan kekecewaan sehingga menjadi “kompleks terdesak”. Kompleks
terdesak adalah sekumpulan gerak hati dan dorongan-dorongan yang tidak diterima
atau dipenuhi dan yang kemudian ditekan ke alam bawah sadar.
Menurut Freud, represi
merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.
Neurosis, sering disebut juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk
pada ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stress, tapi tidak memengaruhi
pemikiran rasional.
d. Proyeksi
Mekanisme seseorang untuk
melindung dirinya dari kesadaran akan tabiat-tabiatnya sendiri yang kurang
baik, dengan menuduhkannya kepada orang lain.
Dengan kata lain,
proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya dan
kesulitannya.
e. Pemindahan
Mekanisme memindahkan
emosi yang tertahan ke hal-hal lain, baik itu objek benda, ataupun objek orang
lain.
f.
Rasionalisasi
Upaya untuk membuktikan
bahwa perilakunya merupakan sesuatu yang masuk akal, dapat dibenarkan, dapat
disetujui, dapat diterima oleh dirinya sendiri dan orang lain.
g. Pembentukan
reaksi
Reaksi formasi atau
penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan
dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya.
h. Fantasi
Mekanisme untuk membayangkan
sesuatu yang indah untuk
memberikan pelarian dari kenyataan, dengan kepuasan diperoleh dan pencapaian2
kenikmatan yang bersifat khayal.
3. Super
Ego
Super ego
merupakan aspek sosiologis dan aspek moral dari kepribadian seseorang (Taufik,
2009: 9). Super ego merupakan rambu-rambu atau penjaga yang menjadi petunjuk
individu bertingkah laku dalam usahanya memenuhi kebutuhan Id. Superego
dibentuk melalui jalan internalisasi, artinya superego adalah wakil dari
nilai-nilai tradisionil, serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan
orang tua kepada anaknya, yang diisi oleh berbagai perintah-perintah dan
larangan
“In marked contrast to
the id is the superego which represents the moral
branch of our
functioning” (Pervin, 2005: 85).
Fungsi
pokok super ego adalah merintangi dorongan id terutama dorongan
seksual dan agresif yang ditentang oleh masyarakat. Mendorong ego untuk
lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada realistis, dan mengejar kesempurnaan.
Semakin terbentuknya superego ini maka kontrol terhadap tingkah laku seseorang
menjadi semakin kuat.
“The Superego is the representative in the personality
of the
traditional values and ideals of society as they are
handed down
from parents to children” (Hall,
1954: 34).
Sumber :
1. http://deebacalah.blogspot.com/2014/01/7-mekanisme-pertahan-diri-menurut.html
2. Dewiana, Rizki Adinda, 2011, ANALISIS TRAUMA DAN DENDAM HANNIBAL LECTER DALAM NOVEL HANNIBAL RISING KARYA THOMAS HARRIS, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Semarang
3. Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk Keperawatan, Penerbit buku kedokteran, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar